Salah satu fotografer yang bernama Patrick Brown merupakan fotografer yang sangat menolak keras aksi perdagangan satwa liar yang marak terjadi belakangan ini. Sebenarnya aksi semacam ini sudah ada sekitar tahun 1990 an. Saat ini semakin sedikitnya populasi hewan-hewan langka, harga yang ditawarkan oleh para kolektor juga semakin melambung tinggi, wajar saja banyak pihak yang tertarik dan tergiur akan tawaran yang ada tanpa memperhatikan ekosistem alam.
Bayangkan saja, untuk sebuah cula badak yang memiliki berat 1 kilogram, para pengepul maupun kolektor yang biasanya merupakan orang-orang kalangan elit berani mengeluarkan uang hingga 1 miliar rupiah ! Tentunya angka tersebut merupakan angka yang sangat menggiurkan bagi sebagian orang. Padahal, perburuan ilegal yang dilakukan dapat berdampak besar pada kestabilan ekosistem alam.
Patrick Brown merupakan fotografer yang menghabiskan waktu hingga 10 tahun untuk mengumpulkan semua bukti mengenai perdagangan hewan yang terjadi dari tahun 2000an silam. Ada berbagai foto yang berhasil ia abadikan ketika kasus tersebut terungkap.
Salah satu yang memilukan adalah ketika melihat seekor buaya yang hidup dieksekusi di Guangzhou, Cina untuk dikonsumsi oleh pengunjung sebuah restoran. Padahal, buaya juga sudah masuk kedalam mahluk yang berpotensi akan punah. Seharusnya ada larangan ketat mengenai tindakan membunuh, mengkonsumsi, memburu atau menjual hewan yang terancam punah. Jika hewan-hewan ini punah, kestabilan ekosistem akan kacau dan yang rugi adalah manusia itu sendiri.
Pada tahun 2003 silam, di Bangkok, Thailand juga digelar sesi foto bagi para wartawan. Pada sesi foto ini dipertontonkan seekor trenggiling yang masih hidup. Treinggiling ini berada dalam sebuah box kayu yang akan diperdagangkan ke laur negeri. Sayang pengiriman hewan langka ini tercium pihak berwajib sehingga dapat diamankan dan difoto oleh publik dengan tujuan untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya penjualan satwa terancam punah.